Dosen Program Studi Ilmu Komputer dan Dosen Peternakan, Fakultas Ilmu Eksakta, Universitas Nahdlatul Ulama’ (UNU) Blitar kembali melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang merupakan Program Hibah dari Kemendikbud Tahun 2023. Tahun ini, program tersebut menyasar peternak itik pedaging di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok. Program dari sejumlah dosen program studi (prodi) peternakan dan ilmu komputer itu berupa Pengembangan Smart Grading Berbasis IoT dan Edukasi Budi Daya Itik Menggunakan Augmented Reality (AR). Misinya meningkatkan produktivitas peternak.
Budi daya itik pedaging alias bebek menjadi salah satu peluang usaha peternakan yang menjanjikan. Pasalnya, daging bebek selalu dibutuhkan untuk usaha kuliner. Di Blitar sendiri, budi daya itik pedaging mulai berkembang, salah satunya di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok.
Namun, sebagian peternak itik pedaging masih menggunakan cara manual dalam budi daya. Padahal, ada teknologi di bidang peternakan yang bisa diterapkan guna meningkatkan produktivitas ternak. UD MAKMUR merupakan salah satu peternakan itik pedaging di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, yang masih menggunakan cara manual.
Melihat kondisi tersebut, sejumlah dosen di Prodi Peternakan dan Ilmu Komputer UNU Blitar memutuskan untuk melaksanakan PKM di peternakan itik pedaging UD MAKMUR. Tim PKM tersebut diketuai oleh Fatra Nonggala Putra MKom serta beranggotakan Lestariningsih SPt MP dan Vion Age Tricahyo SKom MKom. Turut dilibatkan mahasiswa prodi peternakan dan ilmu komputer.
Program unggulan dari Kemendikbudristek itu telah dimulai sejak Juli lalu dan berlangsung hingga November 2023. Selama itu, tim melaksanakan sejumlah kegiatan di lokasi peternakan. Kegiatannya meliputi sosialisasi program PKM, bimbingan teknis (bimtek), perakitan alat, diseminasi alat, hingga pelatihan. “Sejumlah kegiatan tersebut kami lakukan secara bertahap,” terang Ketua PKM Fatra Nonggala kepada Jawa Pos Radar Blitar kemarin (23/8).
Fatra menjelaskan, PKM tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas peternak itik pedaging. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan teknologi berupa smart grading. ”Itu semacam timbangan digital untuk mengukur bobot itik. Alat tersebut memudahkan peternak dalam pencatatan data ternaknya,” jelasnya.
Teknologi tersebut terhubung langsung ke Android. Artinya, peternak bisa melihat dengan mudah hasil penimbangan itiknya melalui aplikasi tersebut. ”Jadi, pencatatan penimbangan itu kami digitalisasi sehingga memudahkan peternak dan meminimalisasi kesalahan. Tak perlu lagi input data satu per satu secara manual,” ungkap pria ramah ini.
Selama ini, tahap pencatatan bobot menjadi kendala peternak. Dengan cara manual, potensi kesalahan dalam pencatatan cukup tinggi. Karena itu, aplikasi smart grading memudahkan peternak dalam mencatat hasil panen serta data terekam dan tersimpan secara otomatis.
Selain penggunaan teknologi smart grading, tim juga mengembangkan teknologi AR di peternakan tersebut. Teknologi itu dimanfaatkan untuk edukasi tentang budi daya itik. Pengunjung nantinya diajak untuk memahami budi daya ternak melalui ponselnya sebelum terjun ke lapangan atau peternakannya. ”Nanti kami siapkan barcode untuk di-scan. Pengunjung atau mahasiswa bisa melihat penjelasannya lewat ponsel,” ujarnya.
Misi yang ingin dicapai dari PKM tersebut yakni meningkatnya tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak itik dalam budi daya secara modern. Khususnya dalam menggunakan teknologi smart grading dan aplikasi pembelajaran AR tentang budi daya itik pedaging. “Mudah-mudahan peternak itik semakin maju dan berkembang semakin modern,” pungkas Fatra. (sub)
sumber: Radar Tulungagung
